bismillahirrahmaanirrahiim..
akhir-akhir ini setelah "libur" sejenak dari macam-macam aktivitas karena sakit, saya merenungkan banyak hal, salah satunya adalah
kematian. Suatu kejadian yang pasti namun sering diabaikan. Bahkan bisa dikatakan bahwa kematian itu lebih dekat daripada urat leher kita. Ada hal-hal yang membuat saya berfikir tentang kematian, yaitu bekal perjalanan saya untuk menyambutnya. KEtika sadar bahwa saya memliki perbekalan yang sangat sedikit, tak jarang saya mengucurkan air mata. Terlihat naif, tapi memang seperti itu. Saya sadar bahwa seharusnya yang saya lakukan bukan sekedar menangis, tapi bergerak, melakukan sesuatu.
Seringkali ibu saya menanyakan tentang "perbekalan". Biasanya saya hanya bisa terdiam. Kalo ditanya tentang bekal, saya udah punya apa aja ya? Kayaknya masih sangat kurang. Saya merasa bahwa sepertinya saya belum memiliki amalan "unggulan". Sesuatu yang mungkin terlihat biasa, tapi dilakukan secara terus menerus.
Seorang sahabat Rosul dikatakan bahwa dia adalah ahli surga. Ternyata amalan yang menjadi unggulannya adalah karena dia setiap kali hendak tidur dia memaafkan segala kesalahan saudaranya. Ada juga sahabat Rosul yang setiap saat selalu menjaga wudunya. Dia mau ketika dia meninggal nanti dia dalam keadaan suci, minimal suci fisik. Dan masih banyak lagi cerita lainnya.
Lalu bagaimana dengan saya?
0 comments:
Posting Komentar